Jatidiri Mukmin
Kemampuan tarbiyah dzatiyah menjadikan kita mampu
bertahan dalam berbagai ujian dan tekanan dalam menghayati dan hidup sebagai
mukmin. Kita tidak futur (malas dan lesu), tidak kendur semangat untuk
istiqomah diatas kebenaran dan melaksanakan tuntutannya, pemikiran kita tidak
jumud dan tidak akan bimbang dan ragu menjawab berbagai tuduhan dan fitnah
serta yang sangat diharapkan dari tarbiyah dzatiyah adalah kita menjadi seorang
pendakwah yang mampu menyelesaikan segala persoalan yang menghalangi perjalanan
kita meraih kemuliaan di sisi Allah SWT.
Dengan sikap ini kita tidak sangat bergantung pada
arahan atau bimbingan secara formal (rasmiyyah). Melainkan kita mampu
mengembangkan potensi diri dan dakwah Islamiyah sebagaimana mestinya. Dan dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Utusan-utusan Rasulullah SAW telah membuktikan
dirinya dalam mengembangkan dakwah di berbagai tempat. Mereka dapat bertahan
sekalipun jauh dari Rasulullah SAW dan masyarakat muslim lainnya. Ja’far bin
Abi Thalib di antaranya. Dia dan sahabat lainnya dapat tinggal di Habsyah dalam
waktu yang cukup lama. Sekalipun mereka sangat rindu untuk berkumpul bersama
dengan saudara muslim lainnya, mereka dapat mempertahankan dirinya dalam
keimanan dan ketaqwaan. Begitu kuatnya daya tahan mereka hidup bersama dakwah
jauh dari saudara-saudaranya yang lain dalam waktu yang cukup lama. Hingga
Rasulullah saw. begitu bangga terhadap mereka disaat mereka pulang ke Madinah.
Baginda menyatakan, “Aku bingung apa yang membuatkan riangnya diriku, apakah
kerana menangnya kita di Khaibar ataukah kembalinya kaum muslimin dari
Habsyah.”
Demikian pula Mus’ab bin Umair sebagai duta Islam
pertama dapat mengembangkan dakwah di Madinah dan berhasil membangun masyarakat
di sana. Mus’ab sebagai guru pertama di Madinah dapat memperluas jaringan
dakwah. Sehingga tempat itu menjadi asas pertumbuhan umat Islam di kemudian
hari. Dan menjadi mercutanda peradaban Islam.
Begitulah keperibadian yang menjadi asas kepada
kegemilangan Islam dan sejarah kemanusiaan. Mereka dapat menunaikan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya. Lantaran Tarbiyah Dzatiyah yang ada pada diri
mereka. Malah banyak tugas-tugas lain dapat diselesaikan dengan cemerlang.
Sebaliknya peribadi-peribadi lemah yang tidak mampu meningkatkan diri mereka
akan tenggelam ditelan masa, tunduk kepada nafsu dan disibukkan oleh urusan
yang remeh temeh bahkan sentiasa melibatkan diri dalam perbalahan-perbalahan
yang tidak membuahkan amal.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati
amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al-Anfal:
27)
No comments:
Post a Comment