Wednesday, January 18, 2012

Jati Diri Mukmin

Jatidiri Mukmin

Kemampuan tarbiyah dzatiyah menjadikan kita mampu bertahan dalam berbagai ujian dan tekanan dalam menghayati dan hidup sebagai mukmin. Kita tidak futur (malas dan lesu), tidak kendur semangat untuk istiqomah diatas kebenaran dan melaksanakan tuntutannya, pemikiran kita tidak jumud dan tidak akan bimbang dan ragu menjawab berbagai tuduhan dan fitnah serta yang sangat diharapkan dari tarbiyah dzatiyah adalah kita menjadi seorang pendakwah yang mampu menyelesaikan segala persoalan yang menghalangi perjalanan kita meraih kemuliaan di sisi Allah SWT.

Dengan sikap ini kita tidak sangat bergantung pada arahan atau bimbingan secara formal (rasmiyyah). Melainkan kita mampu mengembangkan potensi diri dan dakwah Islamiyah sebagaimana mestinya. Dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Utusan-utusan Rasulullah SAW telah membuktikan dirinya dalam mengembangkan dakwah di berbagai tempat. Mereka dapat bertahan sekalipun jauh dari Rasulullah SAW dan masyarakat muslim lainnya. Ja’far bin Abi Thalib di antaranya. Dia dan sahabat lainnya dapat tinggal di Habsyah dalam waktu yang cukup lama. Sekalipun mereka sangat rindu untuk berkumpul bersama dengan saudara muslim lainnya, mereka dapat mempertahankan dirinya dalam keimanan dan ketaqwaan. Begitu kuatnya daya tahan mereka hidup bersama dakwah jauh dari saudara-saudaranya yang lain dalam waktu yang cukup lama. Hingga Rasulullah saw. begitu bangga terhadap mereka disaat mereka pulang ke Madinah. Baginda menyatakan, “Aku bingung apa yang membuatkan riangnya diriku, apakah kerana menangnya kita di Khaibar ataukah kembalinya kaum muslimin dari Habsyah.”

Demikian pula Mus’ab bin Umair sebagai duta Islam pertama dapat mengembangkan dakwah di Madinah dan berhasil membangun masyarakat di sana. Mus’ab sebagai guru pertama di Madinah dapat memperluas jaringan dakwah. Sehingga tempat itu menjadi asas pertumbuhan umat Islam di kemudian hari. Dan menjadi mercutanda peradaban Islam.

Begitulah keperibadian yang menjadi asas kepada kegemilangan Islam dan sejarah kemanusiaan. Mereka dapat menunaikan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Lantaran Tarbiyah Dzatiyah yang ada pada diri mereka. Malah banyak tugas-tugas lain dapat diselesaikan dengan cemerlang. Sebaliknya peribadi-peribadi lemah yang tidak mampu meningkatkan diri mereka akan tenggelam ditelan masa, tunduk kepada nafsu dan disibukkan oleh urusan yang remeh temeh bahkan sentiasa melibatkan diri dalam perbalahan-perbalahan yang tidak membuahkan amal.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Al-Anfal: 27)


No comments:

Post a Comment